WISATA KE MUSEUM GOEDANG RANSUM, SAWAHLUNTO SUMATERA BARAT




Bulan puasa tahun kemarin, saya mendapat tugas dari kantor untuk mengunjungi sebuah museum bersejarah di sumatera barat yang menurut saya lumayan berkesan. Kesan pertama karna saat itu adalah bulan puasa, dan kesan kedua karna saya merasakan suasana kotanya berbeda, disini asik, hangat, kotanya kecil tapi nyaman walaupun ramai. Udaranya pun bersih karna kota terletak diapit oleh bukit-bukit pegunungan. Seperti kota tersembunyi gitu.. asik pokok kalian harus berkunjung kesini.
Kenapa saya bilang kotanya kecil, karna setelah saya selidiki disini hanya ada 4 kecamatan saja, kalian bisa bayangin sendiri sebesar apa kotanya.. nih saya ada fotonya dari atas bukit yang biasa disebut puncak cemara, untung ada akses pake mobil untuk naik kesini..


Kota Sawah Lunto dilihat dari Pucuk Cemara


Oiya, saya menempuh sekitar 3,5 jam pakai mobil rental dari kota padang untuk sampai kesini, dengan kecepatan gak pelan-pelan amat, dan perjalanan kesini pun asiknya luar biasa, seperti naik-naik kepuncak gunung. Kiri-kanan jurang pak..tapi pemandangannya indah banget, kiri-kanan perbukitan gunung yang hijau, , pokoknya kalo salah dikit bisa jeblos tuh kejurang. dan yang lewat hampir kebanyakan bis dan truk besar. Sayangnya saya ngga foto waktu diperjalanan, karna ngantuk banget kemarenannya belom sempet tidur hehehe..
 
cuma sempet foto pas udah mau sampe



Terletak disebelah timur laut kota padang, berjarak sekitar 95 kilometer dari pusat kota padang. Setelah ngelewatin bukit-bukit dan pegunungan hijau dan kadang berkapur akhirnya mobil kita kaya turun kesebuah lembah, dan teryata ini adalah kota, wow, ada kota ditengah-tengah yang kiri-kanannya bukit dan pegunungan. Itu ternyata kota sawahlunto.. begitu akan turun pun saya bisa merasakan ini kota yang nyaman, dari jauh udah terlihat bangunan-bangunan tua menjulang tinggi ke atas seperti cerobong-cerobong asap bangunan tua yang sudah di cat ulang karna warnanya yang saya lihat masih bagus.
 Suasana sore di Sawahlunto

Sawahlunto sore hari



Begitu sampai dikota, terasa suasana lumayan panas, waktu itu sekitar jam 3 sore saya sampai di kota sawahlunto. Ternyata panas disebabkan daerah itu masih ada sisa-sisa batu bara dibawah tanahnya, ini salah satu penyebab hawa panas dikota ini.



Flashback dikit nih saya.., dulu pada sekitar tahun 1800an ini adalah kota dengan kandungan batu bara terbesar di nusantara kita. Ada gula, pasti ada semut. Ya gitu, ada ladang batu bara, ada penjajah pastinya, kan di indonesia gitu. Yap benar dugaan anda, kota ini dulu dijajah oleh belanda. Seluruh isi kota ini yaitu batu bara yang sangat buanyaknya digerogotin oleh belanda. Dan pastinya kalian para pembaca pasti sudah nebak siapa yang jadi pekerja tambang batu baranya? ya orang Indonesia, siapa lagi coba.. warga kota sawahlunto semuanya dijadikan budak tambang batu bara oleh belanda. Kejam banget ya belanda, makanya kalo ada pertandingan bola piala dunia saya ngga pernah dukung belanda. Hehehe… oke nanti kita lanjutin cerita sejarahnya, sekarang kita lanjut ke kota dulu waktu saya sampai disana..



Oiya karna tujuan utama saya ke museum gudang ransum maka begitu sampai saya langsung menuju lokasi yang waktu itu adalah hari munggu, dan sudah agak sore.. begitu sampai di museum ternyata museumnya sudah tutup.. dan langsung saja saya segera menghubungi kepala kantor permuseuman setempat, ibu Yendra Fitri untuk keperlulan pengambilan gambar dokumentasi besok, dan  sore oitu juga saya sedikit liat-liat museum, serem juga sih kalo udah sore, hiii.... Setelah bertemu beliau, maka saya pun harus segera mencari tempat nginep, karna gak mungkin juga nginep dimuseum, serem cuuyy..

Museum Goedang Ransoem. dulu ini gudangnya makanan nih..

Foto dari balik pagar Museum. Museum sedang libur dikarenakan ini hari senin (jadwal libur museum)



Dikota ini setelah saya selidiki ternyata cuma ada 2 hotel, yang pertama adalah hotel Ombilin, ini hotel tua, udah ada dari jaman penjajahan belanda katanya. Hotel yang satu lagi saya lupa namanya.. saya menginap dihotel yang pertama. Dihotel Ombilin kesan bangunan tuanya lumayan terasa walaupun kayanya udah banyak yang diperbaharui seperkiraan saya.. Dihotel ombilin ini lumayan mahal menurut saya untuk ukuran hotel tua seperti ini, harga permalamnya 375.000 rupiah dengan fasilitas televisi cembung saluran lokal dan kran air panas. Saya dihotel Ombilin ini hanya menginap semalam, sayangnya saya lupa memfoto kamar hotelnya, foto hotelpun saya ambil dari google nih..
foto dari google


View dari jendela kamar hotel tempat saya menginap (nah, kalo ini foto punya saya)


ada tugu bersejarah bergambar rakyat kita yang sedang dijajah belanda untuk kerja rodi ditambang



Oiya, suasana malam dikota sawahlunto ini lumayan sepi, saya sempat berkeliling mencari tukang jahit pakaian sekitar pukul 7 lewat, semua toko sudah pada tutup, begitupun didaerah pasar, sudah muter-muter 2 kali padahal. karna keadaan mendesak yang karna baju rekan saya harus dikecilin untuk besok dipakai dalam pengambilan gambar, akhirnya saya bertanya kepada beberapa warga yang masih berkeluyuran. Akhirnya ada yang bersedia mengantar ke rumah warga yang profesinya penjahit. Disana baju rekan saya dijahit langsung sambil kita tungguin, dalam waktu 10 menit selesai juga, yee.. akhirnya besok bisa dipakai deh..

Oke, pagi sekitar pukul 9 saya dari hotel menuju museum goedang ransoem. museum ini dulunya adalah tempat memasak makanan untuk para pekerja tambang dan warga sawahlunto yang kala itu semua warganya menjadi tawanan untuk belanda. Para pekerja tidak hanya berasal dari daerah setempat, namun ada ribuan lagi dari pulau jawa dan pulau lainnya. Mereka dipekerjakan paksa oleh kolonial belanda dan hanya dibayar oleh makan, dan yang masakpun adalah para perempuan dari masyarakat sini. Mereka semua dipaksa kerja siang dan malam, kejam sekali ya belanda.. ckckck…


tuh, rakyat dipaksa kerja ditambang.. kebaca ga tulisannya?


 tuh sejarah-sejarahnya itu gambar/foto asli yang di print ulang. 
gambar kota pada jamannya


Dimuseum ini alatnya lumayan kumplit, mulai dari penumbuk gabah, panci ukuran raksasa, kuali ukuran raksasa, dan beberapa dandang raksasa. Semua alat memasak disini raksasa karna untuk memeberi makan semua pekerja tambang dan warga sawah lunto yang katanya waktu itu ada sekitar 8000 orang sudah termasuk orang belanda..
tempat masak

 panci/dandang yang dipake untuk masak nasi (segede gaban)

 konon katanya setelah belanda meninggalkan kota ini panci-panci ini diambil oleh warga dan dijadikan bak mandi warga dan ketika museum akan dibangun salah seorang pihak museum sempat ada yang di acungkan parang/celurit saat akan mengambil panci ini dari para rumah warga. (dikira itu panci punya babehnya kali di hak milikin. lol :D)

 penggorengan raksasa (inframe: bapak2 yg jadi guide saya)
penumbuk gabah raksasa yang legend..


cara memasaknya pun disini sudah sangat modern pada kala itu, yaitu menggunakan teknologi uap. Jadi dibelakang ruang memasak ini ada sebuah bangunan yang mana itu adalah tempatpembakaran, yang dibakar disini adalah kayu bakar, dan uapnya dilarikan dengan pipa melalui bawah tanah menuju ruang masak,teknologi ini sudah canggih menurut saya pada masa itu. keren juga..  


yang merah-merah ini adalah tempat pembakaran kayu (abaikan rekan saya yang baju orange)


ini adalah cerobong asap. biasa untuk mengalirkan asap dari pembakaran kayu bakar



Para rakyat kita a.k.a tawanan belanda ini biasanya mengantri makanan tidak membawa piring melainkan mengunakan topi yang mereka pakai untuk dijadikan piringnya.. para tawanan diberi makan nasi, tempe dan sayuran yang dimasak. Namun berbeda dengan orang belanda, mereka semua makan nya pakai roti bukan nasi.
Semua rakyat sawahlunto bekerja untuk belanda dikarenakan mereka tidak tau harus bekerja apa. tidak ada perusahaan disana, tidak ada lapangan pekerjaan disana, jadi mau tidak mau ya mereka bekerja untuk belanda yang kalau itu hanya memberi upah makan saja. Jadi kalau mau dapat makan ya bekerja kepada belanda. Dan lama-kelamaan menjadi kerja rodi dan  kerja paksa.. yang tidak mau kerja dipaksa kerja.
Akhirnya lama-lama kelamaan batu bara punya kita pun habis, belanda pun pergi meninggalkan kota sawahlunto sekitar tahun 1900an. 





ini bukan makanan beneran, ini makanan Dummy (contoh). ini adalah makanan yang ada pada jaman itu. rakyat kita makannya nasi lauk pauk dan sayur, sedangkan belanda makanya roti.

kadang pake daging, kadang pake telor, tergantung belanda (udah kaya menu catering aja ya wkwkwkw)




Oiya, dibelakang museum saya melihat banyak sekali bertumbuk batu panjang yang terbuat dari semen (bentuknya seperti batako tapi lebih panjang) dan ber nomor. Ternyata itu adalah batu nisa para pekerja tambang yang meninggal. Jasad para pekerja yang mati dikubur dan hanya di beri nomor di batu nisannya, tidak ada nama. Tapi sayangnya fotonya hilang entah kemana, padahal saya udah foto banyak batu nisan itu. dan beberapa foto saya pun banyak yang hilang. Aneh banget ya, mungkin ada yang menghapus, ah yasudah lah..

 Oiya, saya juga sempat diajak oleh penjaga musem untuk melihat ruang bawah tanah yang berisi pipa-pipa untuk menyalurkan uap-uap ke panic-panci untuk memasak. Didalam ruang bawah tanah ini suasanyanya pengap dan horornya sangat terasa menurut saya (hawa nya udah beda deh pokoknya), ngeri kalo ditinggalin sendirian disni, saying banget saya ga sempet foto lagi disini.


Setelah dari museum goedang ransom sebenernya saya masih mau mengunjungi museum lainnya, karna di kota ini ada beberapa museum seperti Museum Tambang Batubara Ombilin, Museum Kereta Api dan Museum Lubang Mbah Suro. Tapi sayang sekali pada hari itu adalah hari senin, semua museum disana tutup pada hari senin, karna fokus saya kemarin janjian dengan kepala museum hanya untuk museum gudang ransom, jadi ya apa boleh buat saya Cuma bisa lihat dari depan saja untuk museum-museum yang lain.

Setelah keliling museum-museum yang tutup saya naik-naik kebukit, saya menuju ke tempat yang namanya puncak cemara, ini adalah tempat yang tinggi dan bisa melihat dengan jelas kota bersejarah sawahlunto.. kalo dilihat dari atas kota nya kecil..

kota Sawahlunto dilihat dari puncak cemara
 kalo yang ini rekan saya yang nemenin saya kesini hehehehe..


 jalan menuju puncak cemara hanya muat 1 mobil saja dan jalannya banyak yang menanjak curam


oke, saya mau narsis dikit..

saya lagi (jangan bilang mirip cewek)


salah satu rekan saya juga, sedang mengambil gambar dari pemukiman rumah orang (kita kesini bertiga)





Tapi menurut saya walaupun kecil kota ini nyaman. Saya mau kok kalo disuruh tiggal disana selama sebulan  hhehe.., bosen juga tinggal dijakarta soalnya.

Akhirnya sebelum sore banget saya pun meninggalkan kota ini menuju kota padang karna ngincer buka puasa disana dan bermalam disana karna besoknya akan balik ke Jakarta..

Menurut saya kota sawahlunto kota yang asik, nyaman, buat kalian yang biasa tinggal dijakarta pasti asik kalo kesini.. patut dicoba kesini.. mungkin ada salah satu kalo pembaca blog ini mau kesini trus ngajak saya boleh saya ngga nolak. hhehehe..


Comments